Dodol Karet

Standard

Dodol Karet

Ayah, besok Rino yang buat dodol ya, “Memangnya kamu bisa Rino?” bisa dong ayah, kan Rino sering melihat ayah masak. “iya deh, ayah percaya, besok masak yang benar ya.” Oke ayah.
Keesokan harinya, aku mulai menyiapkan rempah-rempah untuk pembuatan dodol pertamaku. Pertama kucampurkan rempah-rempah sesuai takaran yang ayah ajarkan, kemudian gulanya… hah, gula habis. Ah, tanpa pikir panjang kuambil gulali yang sudah kebeli ditas sepulang sekolah tadi.
Pembeli pertama.
Aduh… gigiku lengket semua, gara-gara dodol sialan ini. Pak, ini dodol asli Garut atau mana sih? Saya baru coba dodol Garut lengket dan kayak permen karet begini. “ini asli Garut bu, mana mungkin lengket bu.” Lalu ayahku mencobanya sedikit. “astaga, maaf bu. Sepertinya saya salah memasaknya. Maaf bu.” Huh, jauh-jauh saya datang dari Lombok, sengaja mau mencoba dodol Garut, ini malah dodol cemberut yang saya dapatkan. Lalu ibu itu pergi dari toko, sementara ayah bingung dengan dodol buatanku.
“Rino…Rinoooo!!!” iya ayah, sahutku dari dalam rumah. Ada apa ayah? “Kamu ini bagaimana, ini kok dodolnya bisa lengket begini, kamu campurkan apa kemarin?” Rino campurkan gula ayah. “iya ayah tau gula, tapi gula apa?” gulali ayah, soalnya kemarin gula jawa habis ayah. “Astafirughllah, gulali yang dijual di depan sekolahmu itu? Iya ayah, kan gula juga. Sambil dijewernya kupingku. “Itu bukan gula namanya, pantas saja dodol ini seperti permen karet, kamu ini mau buat mulut para pembeli lengket semua apa?” Maaf ayah, Rino tidak tahu kalau gulali tidak bisa dijadikan gula. “Maaf-maaf, sebagai ganjarannya kamu harus menghabiskan sebatang dodol ini, ayo cepat” ii..iya ayah. Lalu aku mencobanya dengan pelan-pelan, mulutku penuh dengan dodol kenyal dan lengket. Sialan, bisa dicium semut kalau begini. Selama beberapa jam mulutku tidak bisa dibuka, lengket oleh dodol sialan ini. “haha..rasain kamu, gimana rasanya? Enak bukan” Ayah menyindirku dengan tawa lebarnya
***

Leave a comment