Petaka

Standard

Petaka

Ayah dan ibu kenapa hobi sekali membicarakan tentang uang, apakah kita hidup untuk uang. Selalu mencari uang apakah akan membawa kedamaian di hati kita? Ibu dan ayah tidak sadar bahwa kita hidup bukan untuk mencari ketamakan didunia ini dengan uang. Tetapi kita hidup didunia untuk mencari kedamaian walau dengan secukupnya. Hati yang damai akan terisi oleh hati yang tenang.
Ibuku seorang penjual gorengan di Stasiun Balapan Kota Solo dan ayahku seorang tukang becak yang kadang-kadang membawa uang kerumah. Maklumlah kami merupakan keluarga yang miskin dan tidak banyak daripada kami dapat menikmati makanan-makanan enak. Sekedar tahu atau tempe adalah makanan terlezat yang ada dirumahku.
Aku Santi Pradewi, umurku 15 tahun dan aku telah berhenti sekolah karena tidak ada biaya. Aku mengalah dari adikku yang masih sekolah, biarkan dia saja yang sekolah dan aku masih bisa melanjutkan nanti setelah aku mengumpulkan banyak uang untuk keluargaku dan diriku. Sekarang pekerjaanku adalah sebagai penjual gorengan di Stasiun Balapan. Ibuku yang memasak gorengan dan aku yang menjualkannya di sekeliling stasiun.
Aku mulai hari ini dengan jalan kaki sepanjang 50 km dari rumah menuju stasiun balapan, perjalanan ini tidak begitu jauh bagiku, sudah sering aku berjalan kaki, sehingga hal ini tidak menjadi persoalan yang berarti bagiku. Sambil menjajakan gorengan diatas lampan besi yang kuletakkan dikepala, seorang pemuda kemudian datang mengahmpiriku dari depan.
Bapak Tua : Gorengan-gorengan…
Aku : Oh, iya pak. Silahkan dipilih.
Bapak Tua : Berapa harganya dik?
Aku : Semuanya 500 Pak.
Bapak Tua : Mbak, bungkus 30 ya, semuanya dicampur.
Aku : Baik Pak.
Selesai membungkus ke-30 gorengan, aku langsung memberikannya kepada pemuda paruh baya yang memakai dasi hitam dan kemeja putih. Tampaknya ia adalah karyawan swasta yang datang untuk mengantar rekannya.
Bapak Tua : Jadi berapa semua dik?
Aku : Semuanya jadi 15.000 Pak.
Bapak Tua : Ini dik. Ambil saja kembaliaannya ya. Terima kasih.
Aku : Jangan pak, ini kembaliannya. Saya dilarang mengambil uang lebih, kata ibu itu korupsi mas. Ini kembaliannya.
Bapak Tua : Adik, korupsi itu mengambil uang orang lain dengan sengaja atau melakukan perbuatan yang disengaja. Kalau ini kan bapak yang memberikan uangnya ke adik. Jadi ini bukan korupsi tapi ini rezeki. Diterima ya dik.
Aku : Oh, begitu ya Pak. Kalau begitu terima kasih ya pak. Semoga bapak mendapat balasan rezeki yang berlipat ganda.
Bapak Tua : Terima kasih dik.
Lalu Bapak itu menuju kearah dalam stasiun, mungkin saja ia membawa banyak teman sehingga ia banyak membeli gorengannya, tapi Alhamdulillah gorenganku cepat habis kalau begini.
Sepulangnya dirumah, aku menemui ibu sedang mengoreng kerupuk ubi kesukaanku. Wah, wanginya bu.
Ibu : Bagaimana gorengannya nduk? Laku tidak?
Aku : Habis, ludes semua bu. Diborong orang kota tadi.
Ibu : Alhamdulillah nduk, kamu memang pintar menjual gorengan ya. Cuma 3 jam kamu jualan sudah habis semua. Coba kalau ibu yang menjual bisa 6 jam lebih baru habis.
Aku : Ah, ibu bisa aja. Namanya juga rezeki bu. Kadang ada dan kadang gak ada. Yang penting kita tetap bersyukur bu. Oh iya bu, tadi ada bapak tua yang memborong gorengan 30 buah. Kemudian dia memberikan uang lebih bu. Harusnya dia bayar 30 ribu, tetapi dia membayar 50 ribu bu.
Ibu : Lalu kenapa kamu terima nduk? Tidak kamu tolak?
Aku : Sudah Santi tolak bu. Tetapi bapak itu tetap memaksa dan mengatakan ini bukan korupsi tetapi rezeki bu. Sehingga santi tak kuasa menolaknya bu.
Ibu : Iya deh, lain kali jangan diterima ya nduk.
Aku : Iya bu, gak akan Santi ulangi lagi.
Lalu aku bergegas menuju kamar dan merapikan barang-barang yang berantakkan, sementara itu adikku sedang asyik bermain di depan halaman rumah. Adikku, Toni salah satu anak yang keras, dia tidak suka diatur. Terkadang ia sering membohongi Ibu dengan kegemarannya memanipulasi harga buku yang dilebihkan. Ia sering menyimpan uang lebih jika ada kembalian dari warung. Ibu sudah sering kali memperingatkan kepadanya tetapi ia tetap saja tidak peduli. Sehingga suatu hari ia mengambil uang lebih dari pembelian buku LKS Matematika disekolah, keesokkan harinya ia terserang muntaber, gara-gara uang Rp.5000 yang berlebih dibelikannya gorengan di depan sekolahnya.
Itulah akibatnya jika tidak menuruti perkataan orang tua, sekarang ia sudah agak bertobat dengan tingkah lakunya yang suka tidak jujur kepada Ibu. Semenjak ia tahu bahwa hal tersebut dosa, sesekali aku pernah mendengar ucapannya setelah shalat Isya dikamar. Ia katakana, “ya Allah aku ingin merubah kebiasaanku yang jelek, tuntunlah aku agar menjadi manusia yang jujur dan menuruti perkataan kedua orang tuaku ya Allah, aku berjanji akan mengubah sifat jelekku kedepan ya Allah. Amin.”
***

Leave a comment